Sepanjang tahun 2025, muncul beberapa merek mobil listrik dengan banyak fitur berlimpah namun dijual dengan harga sangat-sangat murah. Alhasil, salah satu model dari merek mobil listrik menjadi juara di beberapa bulan terakhir.
Seperti di bulan Desember 2025 ini, model merek mobil terlaris pertama adalah BYD Atto 1 Dynamic Standard Range dengan penjualan mencapai 4.878 unit di bulan November. Sedangkan di urutan ketiga masih BYD Atto 1 namun dengan seri Premium Extended Range yang terjual sebanyak 3.455. Secara keseluruhan, BYD Atto 1 berhasil melakukan penjualan sebanyak 8.333 unit.
Sepanjang Januari – November 2025, penjualan mobil listrik berhasil mencappai 82.525 unit. Diperkirakan, total penjualan sampai Desember 2025 akan meningkat melebihi dua kali penjualan tahun 2024 yang sebanyak 43.188 unit. Artinya, penjualan mobil listrik meningkat sekitar 100 persen pada tahun 2025.
Padahal, penjualan mobil listrik 5 tahun lalu atau tahun 2020 hanya sebatas 125 unit, penjualan 2021 sebanyak 687 unit, penjualan 2022 sebanyak 10.327 unit. Tren ini menunjukan pertumbuhan yang sangat signifikan.
Dampak Insentif Mobil Listrik Dicabut
Sayangnya, pemerintah membuat kebijakan bahwa mulai 2026 akan mencabut Insentif Mobil Listrik. Beberapa yang dicabut adalah insentif pajak imor mobil listrik CBU, insentif PPNBM 0%, dan potongan PPN
Tujuan pencabutan insentif mobil listrik ini dalam rangka mendukung proyek Mobil Nasional. Sehingga, insentif ini akan dialokasikan untuk kelancaraan produksi Mobil Nasional. Hal ini dimaksudkan, agar Indonesia memiliki Mobil Nasional seperti negara tetangga Malaysia dan negara lainnya.
Lalu, bagaimana dampaknya terhadap kinerja mobil listrik di Indonesia?
Tanpa insentif, jelas sekali bila daya saing penjualan mobil listrik terhadap penjualan mobil non lsitrik akan lemah.
Berikut beberapa dampaknya yang dapat terjadi
- Harga mobil listrik akan naik
Sebagian besar mobil listrik yang dijual di dalam negeri masih impor. Dengan adanya kebijakan ini, maka bea masuk kembali seperti mobil konvensional. PPN juga kembali ke 11% dan PPnBM juga normal. Maka, secara otomatis harga mobil menadi naik - Penjualan mobil listrik menurun
Dengan meningkatnya harga jual mobil listrik, maka segmen pasar mobil listrik menjadi semakin berkurang. Hal ini jelas berdampak terhadap jumlah penjualan mobil listrik - Ekosistem mobil listrik dalam negeri menjadi terganggu.
Pada saat insentif mobil listrik diberlakukan, maka terjadi pembentukan dan peningkatan ekosistem baru mulai dari meningkatnya penjualan batu bara dalam negeri untuk peningkatan produk listrik, meningkatnya konsumsi listrik, bertumbuhnya pabrik mobil listrik dalam negeri, bertumbuhnya produksi suku cadang mobil listrik oleh usaha kecil menengah, dan lainnya. Namun, ketika insentif mobil listrik hilang, maka ekosistem mobil listrik terganggu dan terkendala. Hal ini dapat menyebabkan penurunan di beberapa sektor industri yang terkait mobil listrik. - Penjualan Batu Bara Dalam Negeri
Ketika penjualan dan populasi mobil listrik meningkat akibat adanya insentif, maka konsumsi listrik para pemilik mobil listrik meningkat. Ketika konsumsi listrik meningkat, maka konsumsi batubara dalam negeri oleh PLN atau pembangkit listrik swasta juga meningkat. Sebaliknya, ketika insentif hilang, akan berdampak terhadap konsumsi batubara dalam negeri. - Penurunan Konsumsi Listrik Dalam Negeri
- Penurunan Produksi Suku Cadang Mobil Listrik oleh UMKM
- Pembiayaan mobil listrik ikut menurun
Seiring menurunnya penjualan mobil listrik, otomatis kinerja industri pembiayaan mobil listrik juga menurun. - Perakitan atau Produksi Mobil Listrik Dalam Negeri Meningkat
Satu hal yang berbeda, jumlah pabrik atau produksi mobil listrik dalam negeri dapat meingkat. Karena, ketika pasar mobil listrik di dalam negeri sudah terbentuk dan tingkat kepercayaan masyarakat sudah meningkat tetap ada segmen pasar mobil listrik yang loyal. Untuk menyasar segmen pasar tersebut, dan menekan biaya impor, maka pilihannya menjadi membangun pabrik untuk merakit atau memproduksi mobil listrik di dalam negeri.
